Perjalanan ke Jogjakarta (Part 2)
“saya mulai lelah dan mengantuk. Kamar
mandi dl ahh”
Hari ke-5. Sebenarnya hari ini ada
Lava tour yang disediakan oleh panitia acara. Tapi kami memutuskan tidak ikut
agar dapat jalan dengan lebih leluasa. Kami dan bg Herry berangkat dari hotel
menuju Borobudur jam 8 pagi menggunakan mobil. Cuaca tidak begitu panas dan
sangat mendukung untuk kami naik ke puncak candi. Ketika foto terasa cukup,
kami turun dan istirahat sebentar sambil mengisi ulang baterai HP bg Herry
karena kami butuh maps selama perjalanan. Betapa mulianya penemu Google ini.
Setelah dari Borobudur, kami
melanjutkan perjalanan ke Prambanan. Malang tak dapat ditolak, Jogja diguyur
hujan deras berjam-jam. Beberapa ruas jalan sudah banjir. Kami tetap ke
Prambanan dengan harapan disana cerah, atau setidaknya belum hujan. Ternyata sama
saja derasnya. Jadilah kami berakhir di kios Mie Ayam. Ahayyy

-end of day 5-
“semakin malam semakin banyak flight
internasional yang berangkat. Hati-hati di udara yaa..”
Setelah kemaren gagal ke Prambanan,
belum belanja oleh-oleh sama sekali kecuali Bakpia, kami bertekad untuk
memaksimalkan hari ini.
“ada pesawat Garuda Indonesia yang
berangkat menuju Korea. Bolehkah aku ikut? Ingin sekali bertemu Lee Min Ho”

“ada anak kecil dari Timur yang main
kuda-kudaan di children zone didepanku. Oh, betapa lucunya dia dengan rambut
keriting, senyum cerah, gigi putih, dan kulit eksotis itu memanggil mamanya..”
Kami memulai ekspedisi oleh-oleh
pulul 12.30 siang. Sebagai salah satu sentra penjualan batik dengan harga yg
sangat terjangkau, Beringharjo mampu menahanku untuk pulang. Kalap sudaaahhh..
Selesai dari Beringharjo, kami mampir ke Mirota. Disini harga batinya lebih
mahal karena kualitasnya juga lebih bagus. Dan di lt.2 terdapat berbagai macam
pernak pernik yang sekali lagi bikin lupa diri.
Naik ke lantai 2, saya langsung ambil miniature
sepeda titipan Pak Hermanto. Hampir setiap hari saya ditelfon mengingatkan untuk
membeli sepeda itu. Setelahnya saya mulai berkeliling melihat pernak-pernik
khas Jogja lainnya. Saat itulah aku menyadari bahwa perempuan Jawa adalah sosok
perempuan cantik yang sangat mempehatikan kecantikannya. Ada banyak sekali
bahan-bahan kecantikan alami yang bisa didapatkan sesuai dengan kebiasan
perempuan jawa dulu. Hanya kemasannya sj yang semakin modern.

Selesai main, lapar. Mampirlah kami
ke Raminten. Tempat makan yang terkenal dengan pemilliknya yang konon adalah
lelaki transgender dan hidup sebagai perempuan Jawa. Makan di Raminten membuat
saya terngaga. Pertama karena tampilan pelayannya, kedua karena menu disana
tergolong murah dibanding dengan kualitasnya yang bagus. Qony waktu itu pesan ‘ayam
koteka’. Namanya unik, bentuknya unik. Saya penasaran sekali ingin cicip dan
Voilaa !! ISTIMEWAAA

Karena masih ada waktu untuk main
esok harinya sebelum berangkat ke Bandara, kami sepakat untuk jumpa lagi jam
9 besok pagi. Kami pulang malam (lagi)
-end of day 6-
Saya bangun paling awal (lagi) hari
ini, sholat, langsung beres-beres karena hari ini jam 9 sudah mau pergi jalan. Qony
baru datang jam 10.15 L
karena sudah tidak banyak waktu tersisa, kami memutuskan untuk mampir ke dagadu
terlebih dahulu sambil menunggu Dola. Beruntungnya, Qony itu punya selera soal
design mana yg bagus. Jadilah dia yang memilih baju mana yang akan dibeli. Setengah
jam mondar-mandir, bebek datang dan kita mondar-mandir lagi.
Seleai dari dagadu, kami pergi ke
Keraton. Hunting foto sambil jalan-jalan. Dan askyiknya Jogja, harga tiket
masuk tempat wisata murah meriah, serta setiap kamera yang dibawa masuk juga
punya tiket. System seperti ini sebenarnya juga bisa dijadikan salah satu
saluran pendapatan, karena wisatawan yang datang mayoritas pasti bawa kamera.
Setelah banyak foto didapat,
pergilah kami ke Taman Sari. Taman Sari merupakan salah satu bangunan
bersejarah yang merupakan tempat rekresi dan kolam pemandian bagi Sultan dan
Keluarganya. Indah sekaliii..
Selama berfoto, Qony berusaha
se-maksimal dan se-passionate mungkin. “Coba diri sana il, dol, tahan, tahan,
tahan, OK” atau “geser kiri dol, rapet dikit il” atau “request ya, kalian jalan
dari pintu sana menuju sini” atau “bagus kan?!” *yg terakhir itu dia jdi muji
diri sendiri hahahaha
Beruntungnya, jalan seharin ada
fotografer, penata gaya, bahkan waktu di Taman Lampion, Dola bertugas jadi
bagian pencahayaan (memanfaatkan flash HP). Maksimal sekali. kalian ISTIMEWAAAA
“laper, apa ya yang buka?”
“Ruang tunggu mulai sepi, sudah
banyak yang tergolek di kursi”
Pukul 2.45 WIB. Oh my God, check-in
Karena masih ada beberepa hal yang
perlu dilakukan (re:dibeli), kami ngebut ke arah Kaliurang. Dola yang dulu
bahkan nyebrang aja gg bisa, sekarang udah jadi turunan Valentino Rossi di Jogja.
Ngebut juga dia bw motor. Kami ngebut, nyelip sana-sini agar bisa smpai hotel
tepat waktu. Niat mau makan ice cream setelah belanja jadi gagal karena waktu
yg sudah semakin mepet. Haaaaa
Ini baru pusat kota. Belum daerah
Kidul yang pantainya bagus-bagus. Belum daerah-daerah yang punya kerajinan
batik dan bisa membatik sendiri, belum beli buku puas-puas. Ini masih secuilnya
keindahan Jogja. Sejujurnya aku belum puas. Belum ingin pulang. Masih ingin
berkeliling. Jogja, ajak aku kembali..
“ngantuk dan lapar”
“ada Keris yang masih buka 24 jam. Aku
beli Onigiri pedas”
“tumpuk tas dan pasang bantal leher.
Ayo tidur !!”
Terminal
2 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta
Senen, 10 Okt 2016, 10:50 P.M.
___________
Thank you so much Bek, Thank you So much Qon.. Thank you so much for the great hospitality when i was there. Terimakasih banyak buat waktu yang udah diluangin buat jalan ampe tengan malem. Terimakasih banyak udah berlelah-lelah. Terimakasih banyak. I'll miss you both.. Jangan kapok ya klu nanti iil ada kesempatan ke Jogja lagiii.. hahaha
Komentar
Posting Komentar