Seloyang Cerita tentang Perjalanan ke Dharmasraya

Bismillahirrohmanirrahim..
Malam ini mataku belum ingin diantarkan tidur.. aku masih duduk membereskan berkas-berkas lama di laptop yg sudah menemaniku 3 tahun ini. Tak sengaja tangan mengklik folder yg kuberi nama “doc dharmasraya”. Folder itu berisi foto-foto selama saya, henita dan winda melakukan kunjungan ke BPN Dharmasraya tahun lalu. Aku ingat bahwa kisah ini belum pernah kuceritakan pada dunia. Kemarilah.. mendekat sebentar, aku akan bisikkan ceritanya..

Berawal dari perkuliahan administrasi pertanahan yg dibina Buk Nora. Kami mendapatkan tugas untuk mencari tahu prosedur pendaftaran tanah dan implementasinya di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Saya, Henita dan Winda menumpukan harapan pada Henita untuk mengambil lot. Memang sudah ditakdirkan Tuhan. Ingin tidak ke Dharmasraya malah jadi dapat Dharmasraya. Mulut tak kuasa bergerak, pita suara tak bergetar.. hanya mampu menyebut namaNya dalam hati.. Allahuakbar..

Jauh, mahal, penginapan menjadi 3 poin yang mengelukan lidah. Ingin hati untuk merekayasa laporan, tapi bisikan malaikat memang lebih kuat. Jadinya diputuskan tetap berangkat. Kami mulai cari penginapan. Hanya bermodal data BPS yang didapat dari Internet dan alamat kantor BPN dalam menentukan penginapan mana yg akan diambil. Bismillah.. Penginapan dibooking, travel dipesan. Kita berangkat.

Siang itu cuaca seperti tak rela melepas kami pergi. Hujan lebat. Lebat sekali. Kami bersepakat berangkat dari kos saya. Jam 2, seperti yang dijanjikan, travel datang. Kami bertiga duduk ditengah. Perjalanan 6 jam menuju Dharmasraya dimulai. Sopir travel yang notabene sudah hafal jalan ini mengemudikan mobil seperti berada di jalan lengang tengah hari cerah. Ngebut. Padahal hujan lebat, jalan licin. Selama perjalanan, mata kami tak ingin tidur. Kami terjaga dan meribut di dalam mobil. Tidak sadar ada pegawai BPN Dharmasraya duduk di kursi depan. -_-

Kami sampai di Dharmasraya pukul 8 malam. Awalnya sopir travel bingung penginapan kami dimana, karena sepanjang jalan pulau punjung tak terdapat penginapan yang kami booking kemaren. Bayangan tidur di mesjid mampir seketika. Melihat kami yang risau, sopir tersebut menelpon bossnya, bertanya dimana penginapan yang kami pesan ini, ternyata penginapan ini ada di Simpang Empat Sikabau. Tepat disimpang empat, dekat Kantor Wali Nagari Sikabau. Ada ATM BRI disana. 

Kami sampai di penginapan tersebut beberapa menit setelah telepon diputus. Bangunan kayu bercat cream dengan halaman yang luas. Ada 2 truk besar terparkir disana waktu itu. Petugas penginapan sepertinya sudah menunggu kami. Dia duduk dikursi depan, bersarung, dan ditemani segelas kopi.  Melihat mobil mendekat, dia berdiri. Menghampiri kami. Kami bertiga turun dengan mulut menganga. “jadi ini penginapannya?”.

Petugas tersebut membantu kami menurunkan dan membawa koper, tas, dan sekantong besar makanan ringan kami ke dalam kamar. Di dalam kamar, terdapat 2 buah dipan, 1 buah lampu kamar, 1 kamar mandi, 1 buah sejadah, 1 botol sabun mandi, ada jendela, dan tentu ada pintunya. Penginapannya bersih, tidak ribut. Tetapi kami tak mengira bahwa ini juga merupakan penginapan bagi supir tronton-tronton besar itu. L

Mengetahui ada 3 gadis cantik yang sedang menginap disana, petugas itu tak pergi sesentipun dari pos jaganya. Dia duduk disitu saja menonton tv. Karena pagi ketika kami bangun, dia masih disana. Masih seperti yang kami tinggal tidur semalam. 

Kelaparan. Karena malamnya kami tidak makan. Kami pergi makan lontong di simpang empat sikabau tersebut. Enak. Selesai makan, kami berangkat menuju BPN Dharmasraya. Kami tidak tahu sama sekali mau naik apa kesana. Naik ojeg takut, menumpang mobil tronton orang lebih takut lagi. Akhirnya kami jalan pagi Kantor BPN. 

Sarapan di Simpang Empat Sikabau

Dikira dekat, ternyata 3 km man. 
Tidak terhitung sudah berapa kali kami berhenti. Turun minum.

Jalan pagi di tengah deru debu Dharmasraya (Iil dan Winda)

Jalan pagi di tengah deru debu Dharmasraya (Henita)

Sepanjang perjalanan kami menyaksikan ada beberapa kantor SKPD yang bentuknya masih seperti rumah. Kami bahkan mengira itu rumah masyarakat. Untung ada plangnya. Kalau tidak, mungkin kami sudah numpang ke kamar mandi pula disitu. Diperjalanan, ada 1 hal yang sangat mengherankan kami. Henita tiba-tiba disapa oleh seorang lelaki dari truk besar yang ternyata adalah kawannya. Truk yang  ditumpangi kawannya itu berasal dari arah belakang kami. Kami heran, di tempat yang begitu jauh dari kampung halamannya. Kawannya mampu mengenali dia dari punggungnya saja. Istimewa. Kawanku ada yang begitu ?

Akhirnya plang BPN nampak. Seperti menemukan oase di padang pasir. Bahagia seketika. Pengambilan data di Dharmasraya cukup gampang dan mengasyikkan. Kami disambut baik oleh petugas disana. Dan ternyata kakak yang duduk di kursi depan travel kemaren juga masih mengenali 3 anak gadis yang meribut di dalam travel kemaren. Pengambilan data di Dharmasraya selesai ketika waktu zuhur masuk, tapi karena perut sudah memberontak dan kami juga punya keringanan untuk sholat jamak, maka kami putuskan untuk makan siang dulu.

Bersama informan kami di BPN Dharmasraya
Di rumah makan yang begitu jauh dari Pesisir Selatan, rekanku Winda menemukan tantenya. Dia menyapa tantenya dengan girang. Mereka saling bertukar kabar. Belakangan setelah tante itu pergi kami tahu, bahwa itu bukan tantenya. Hanya seorang ibu-ibu yang mirip tantenya yang syukurnya menyadari bahwa kami seperti nya salah orang dan dia menyelamatkan muka malu kami dengan berbasa basi bertanya kabar.

Henita bertemu kawannya.
Winda bertemu tante yang bukan tantenya.
Aku? 

Kami selesai makan pukul setengah dua. Pengambilan data selesai, kami masih punya waktu untuk kembali ke padang dengan travel jam 3 jika kami ingin pulang. Akhirnya kami putuskan untuk segera pulang saja daripada menginap sehari lagi. Saya telpon travel memesan 3 kursi tengah untuk kembali ke Padang. 

Barasiaaah..
 
Kami keluar dari Rumah Makan dan berdiri di pinggir jalan menunggu bus. Beruntung percakapan dengan tante yang bukan tante Winda tersebut memberikan kami informasi bahwa kami bisa pulang ke penginapan dengan menumpang bus yang lewat dan membayar ongkos 2 ribu rupiah saja perorang. 15 menit berdiri akhirnya bus lewat. 

Kami turun di depan ATM yang ada di simpang empat sikabau. Teman saya ingin ambil uang katanya. Tiba2 sopir travel menelpon bahwa dia sudah jalan menuju penginapan. Dia datang lebih cepat. Allahuakbar, kami belum beres-beres. Seketika kami berlari kembali ke penginapan membereskan baju, sholat, dan membayar biaya penginapan. 

Kami kembali ke Padang. Hujan.
___________

Perjalanan ke Dharmasraya ini menyenangkan. Bermodal informasi BPS dan kenekatan kami sambangi tanah perbatasan. Jika kenekatan itu tak datang, mungkin laporan administrasi pertanahan kami adalah hasil plagiat apa yg ada di google aja. Perjalanan ini menyisakan pelajaran dan menjadi pengalaman tak terlupakan. Mungkin alasan ini juga yang membuat para petualang tak ingin pulang.

Padang. 2 bulan yang lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Soal dan Tips Belajar CPNS

TOEFL Preparation di ITI Padang

Lirik EXO - I Like You (Hangeul, Roman, Terj. Indonesia)