Ke UNAND kemaren..
Bismillahirrahmanirrahim..
Beberapa waktu yang lalu saya sudah sering ribut di facebook
dan twitter tentang info les bahasa mandarin. Waktu itu tidak banyak info
yangsaya dapatkan, hanya LP3I saja. Sekitar 10 hari yang lalu saya sempatkan
untuk menelpon pihak LP3I tentang info les. Info yang saya dapatkan waktu itu
adalah kalau saya les sendiri regular harganya 3 Jt, tapi kalau saya punya 10
orang maka harga bisa jadi 500rb saja. Dan sedihnya itu kemahalan untuk 1 level
jika saya hanya sendiri. Akhirnya saya coba tanya teman yang les di pusat
bahasa UNAND. Teman saya bilang di UNAND ada mandarin, 20 kali pertemuan 500rb,
minimum 10 orang. Akhirnya kemaren saya putuskan untuk pergi ke UNAND dengan
tujuan mencari informasi, dan mendaftar langsung apabila cukup siswanya.
Jujur saya katakan, bahwa saya tidak pernah ke UNAND selama
hampir 20 tahun kehidupan saya. Dulu pernah sekali kea rah sana, dan itu hanya
sampai depan gerbang utamanya saja. Dan perjalanan kemarenlah perjalanan
pertama saya ke UNAND. Kalau saya sering bilang ke fifi “ke gunung”.. haha J
Kemaren saya pergi dengan Dani, kita berangkat dari Sari
Anggrek, lalu turun di Pasar Baru. Saya mampir sebentar ke kos Dani, ambil uang
les, dan setelah itu langsung naik bus UNAND. Pertama kali naik yang saya rasa
waktu itu adalah busnya bersih. Setelah bus berangkat dan mulai masuk
lingkungan UNAND, perlahan penumpang mulai turun, sayup2 saya dengar tepuk
tangan untuk minta sopir bus berhenti, lalu terdengan pula ucapan “teirmakasih
pak” setelahnya. Ketika saya dengar itu pertama kali, saya hanya berpikir
mungkin beberapa anak UNAND sopan-sopan. Hanya segelintir saja. Tapi ternyata
setiap anak adam yang turun dari bus itu, baik laki ataupun perempuan
mengucapkan terimakasih. Subhanallah sopan sekali anak-anak UNAND. Tau betul
mereka cara bersyukur. Fenomena ini tak saya temukan di lingkungan UNP, betul UNP tak punya bus
kampus untuk antar jemput mahasiswa, tapi kami pakai angkot untuk ke kampus. Dan
sedihnya, seperti yang dahulu pernah saya katakan, tak ada kata terimakasih dan
tak jarang dengan muka masam. Saya tidak tahu apakah mahasiswa UNAND ketika
naik angkot juga bilang terimakasih, tapi setidaknya dengan apa yang saya lihat
kemaren, dan juga dari pengakuan teman-teman. Saya yakin mahasiswa UNAND lebih
sopan dari anak UNP. Saya nyeletuk kemaren ke Dani “mungkin karena kalian
tinggal di gunung, tau betapa susahnya klu g ada transportasi. Sedangkan kami
yang di kota, kemana-mana gampang”.. Itu mahasiswanya. Lingkungan UNAND juga
rapi, kendaraan parkir dengan tertib, dan asri sekali memang. Untuk keasrian
UNAND, saya rasa itu hal yang wajar karena UNAND terletak jauh di atas bukit,
jauh dari pemukiman penduduk, jauh dari bisingnya kendaraan umum. Jadi saya tak
akan menyalahkan kondisi UNP, toh posisi kami yang tidak memungkinkan untuk
asri dan nyaman.
Ketika saya daftar les, kami tiba2 dikejutkan oleh Ustadzah
elin. Ruangan tempat pendaftaran kemaren betul2 heboh karena kami cerita dan
ketawa. Setelah daftar les, kami sempatkan makan bersama sadzah, dan tentunya
kami ada curhat2 sedikitlah. Ustadzah juga kasih kita motivasi belajar kemaren,
motivasi untuk banyak bergaul, karena ini real life, jadi kita g bisa si
idealis kita di Ar-Risalah dulu, yang g suka ketika sesuatu tak berjalan dengan
benar. Setelah makan, kami berpisah dengan ustadzah. Usatdzah ke kantor, kami
ke mesjid mau sholat zuhur. Kemaren ketika saya masuk kamar mandi di mesjid
itu, bersih, nyaman, tertutup. Saya betul2 berasa waah banget ketika di UNAND
kemaren.
Perjalanan ke UNAND kemaren betul2 membuat saya letih, saya
bahkan ketiduran di angkot pulang. Dari tulisan singkat ini, saya ingin bilang,
mari kita belajar mengucapkan terimakasih. Terimakasih pada manusia itu adalah
tanda kita bersyukur pada Allah. Allah tak suka orang kufur nikmat. Kita
manusia tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Belajarlah mengucapkan
terimakasih, setidaknya tunjukkan betapa baiknya kita dididik orang tua.
Oh ya kemaren ketika di UNAND, saya mau turun bus, saya
ketemu dengan teman SD, Nur’aini dan Widya.. haha J walaupun tak sempat banyak
bicara, tapi tak apa, dirumah kemaren kami sudah macam murai bercerita.
Sepenggal nilai dari perjalanan ke ‘gunung’ kemaren.
Komentar
Posting Komentar