Tanggal 18-24 Desember 2016 kemaren, saya
dapat kesempatan untuk presentasi di ICONEG 2016 yang diadakan di Makassar.
Berbeda dengan pengalaman seminar di Jogja kemaren, kali ini saya pergi
sendiri, menyiapkan makalah sendiri, presentasi sendiri, dan jalan-jalan
sendiri. Deg-deg-an gg sih? Ya udah pasti deg-deg-an lah, but just face it!

Saya berangkat dari Padang
menggunakan Lion Air. Saya transit di Jakarta 4 jam dan baru landing di Makassar
pukul 00.05 WITA. Perjalanan dari Jkt-Mks ditempuh dalam waktu 2 jam 20 menit.
And it was the longest time that I ever experienced. Agak takut karena rute
penerbangannya yang melintasi laut. Kebetulan saya ketemu Pak Aldri di Jakarta,
jadinya Pak Aldrilah yang bayarin ongkos taxi dari bandara ke hotel.
Alhamdulillah.. lucunya, waktu itu kami nggak begitu ngeh kalau di pintu
kedatangan kita bisa mesen taxi legal dari LCD yang ditempatkan disana. Ketika
diluar kami diburu oleh beberapa orang yang menawarkan jasa taxi lengkap dengan
tarifnya. Merasa aman dan tergiur, kami putuskan naik taxi tersebut. Naasnya di
gerbang bandara, taxi diberhentikan leh petugas dan kami disuruh pindah ke taxi
yang legal.
Saya menginap di Expressia Hotel
Makassar. Hotelnya baru, minimalis, dan harganya juga lumayan. Saya nginap full
6 malam disana. Tidur saya malam itu tidak nyenyak karena banyak sekali hal
yang masih hinggap dikepala, mulai dari gugup, slide belom final, dll.
19 Desember 2016

Acara dimulai pkl 8.30 WITA. Saya yang
rajin ini datang pkl 7.30 WITA sesuai dengan himbauan panitia. Pagi itu cuaca
Makassar kurang bagus, angin kencang. Saya jadi agak takut berjalan karena
nanti bisa diseret angin. Acara dimulai dengan penampilan tari tradisional Sulawesi
selatan, lalu opening statement dari Rektor UNISMUH Makassar yang lucu sekali.
acara dilanjutkan dengan kuliah umum oleh 2 orang keynote speaker. Setelah makan
siang barulah kami dibagi per tema di beberapa ruangan.
Saya adalah yang paling muda
diruangan saya, ada banyak doctor dari berbagai universitas dan juga mahasiswa
S3 diruangan waktu itu. Daeng Moderator memanggil saya adinda, beberapa doctor memanggil
saya cucunda. Jadi selama 2 hari acara, saya dapat panggilan baru. “eh, adidna”
atau “Cucunda mari duduk disini”. Menyenangkan sekali.
Hari itu saya presentasi 3 artikel. Lelah
dan rindu kasur. Saya baru kembali ke hotel maghrib. Tetapi mata juga tidak mau
diajak tidur. Akhirnya saya putuskan kelayapan di pinggir Pantai Losari. Saya
ini pergi sendiri. Tidak ada teman ngobrol, berfoto, dan kelayapan. Melihat
pemandangan pantai yang begitu bagus, rasanya sayang sekali jika tidak ada
mengabadikan momen dalam foto. Mau selfi juga rasanya tidak lucu. Akhirnya saya
memberanikan diri minta bantuan orang lain untuk difotokan malam itu. Malam itu
saya makan pisang epe yang sangat terkenal sebagai makanan khas Makassar. Nyari
pisang epe di Makassar itu nggak susah sama sekali, karena disepanjang pantai
losari ada mereka. Para penjual ini sudah mulai berjualan dari sore hingga
tengah malam. Setelah lelah kelayapan, saya pulang dan tepar.
20 Desember 2016
Badan saya masih Padang, sholat
subuhnya telat lagi. Saya bangun jam stgh 5 WIB (jam biasa saya bangun) dan
ternyata di Makassar sudah jam 5.30 WITA. Selesai sholat subuh, saya buka
gorden kamar dan mengintip keluar kamar. Ajaibnya, tempat para penjual pisang
epe yang penuh semalam, tiba-tiba kosong dan bersih. Tidak ada sisa sampah
bahkan gerobak sekalipun. Yang ada hanya beberapa bapak-bapak sedang jogging.
Etika berjualan yang perlu sekali ditiru.
Hari ini tidak ada presentasi, saya
hanya keliling dari satu ruangan ke ruangan lain mendengarkan presentasi. Sore setelah
closing ceremony, saya, Pak fachri, dan 3 orang panitia jalan-jalan ke Fort
Rotterdam yang tidak jauh dari tempat acara. Museumnya asri sekali, rumputnya
rapi, tidak ada vandalism, terawat, bersih, edukatif, dan menyimpan banyak koleksi
tentang sejarah Makassar. Kami mengililingi seluruh kompleks Fort Rotterdam
sembari melihat beberapa budaya, benda-benda yang hampir mirip dengan budaya
minangkabau seperti warna merah dalam pernikahan, dan alat-alat pertanian.

Malamnya saya pergi makan malam
dengan Pak fachri di Sentosa. Karena menu yang disajikan terbatas dan sedikit
sekali yang cocok dengan lidah, akhirnya malam itu kami hanya makan cap-cay
dengan nasi saja. Semangkok cap-cay porsi besar itu dimakan berdua saja.
Alhamdulillah sangat mengenyangkan. Selesai makan, saya menemani bapak belanja
oleh-oleh di salah satu toko yang ada di dekat hotel (kebetulan kami nginap di
hotel yang sama).
Malam itu jadi malam terlega karena
sudah tidak ada lagi acara yang mengikat. Saatnya liburaannn !!
21 Desember 2016
Sebelum berangkat ke Makassar, saya dan
temen saya, Daeng Sukri, sudah janji mau menemani saya jalan-jalan. Tetapi hari
itu beliau tidak bisa menemani karena masih ada beberapa kegiatan di kampus
yang harus beliau selesaikan. Akhirnya, hari itu saya pergi sendiri.
Sebagai solo-traveller, tentu saya tidak
mau keluar hotel tanpa rencana. Malam sebelumnya saya sudah merencanakan rute
perjalanan hari itu. Dimulai dari Pantai Losari – Mesjid terapung – Lapangan
Karebosi - Museum Balla Lampoa. Anjungan Pantai Losari berdekatan lokasinya
dengan Mesjid Terapung, sedangkan Museum Balla Lampoa ada di Gowa yang berjarak
sekitar 12 KM dari Pantai Losari. Yang saya harus pikirkan selanjutnya adalah
bagaimana caranya untuk sampai ke tempat-tempat tersebut.

Untuk ke Anjungan Pantai Losari dan
mesjid terapung saya bisa jalan kaki, karena berada dekat dengan hotel. Dari losari
ke Karebosi saya bisa naik pete-pete (angkot), go-jek, BRT (TransMakassar),
atau becak. Pete-pete adalah sebutan untuk angkot di Makassar. bentuk armadanya
sama dengan angkot Padang, tetapi tanpa stiker dan tanpa musik yang hampir
mirip diskotik. Pete-pete disini hanya ada 2 warna, Biru dan Merah. Trayek pete-pete
dibedakan berdasarkan nomor. Ongkos naik pete-pete adalah 5rb jauh dekat. Lalu dari
karebosi ke Balla Lampoa saya akan gunakan go-jek. Itulah yang saya rencanakan
malam sebelumnya.

Pagi, sesuai rencana, jam 9 pagi
saya jalan menuju anjungan pantai losari. Masih sepi sekali. momen sepi seperti
ini tepat sekali untuk berfoto. Saya mencari cara bagaimana caranya bisa
berfoto dengan bagus. Setelah berkali-kali percobaan dan gagal akhirnya saya
beranikan diri untuk meminta bantuan kepada salah seorang laki-laki yang sedang
gowes dengan temannya. Kalimat “saya bisa minta tolong difotokan disana” berubah
menjadi kalimat mujarab yang membuka pertemanan. Mereka adalah Sukardi, Akmal,
dan Kiki (mahasiswa Sejarah UNM BP 15). Awalnya hanya minta tolong foto, lalu
berubah jadi ngobrol tentang “kenapa sendiri” dan berujuang jalan-jalan
sepanjang Losari. sejujurnya saya adalah orang yang takut dengan kawan baru,
tetapi hari itu pandangan saya tentang orang baru berubah. 100% menyenangkan.
Kami bertiga jalan, foto-foto, makan, bercengkrama, bagi-bagi informasi, dan
diskusi. Selesai sholat dzuhur kami berpisah, saya melanjutkan perjalanan ke
Karebosi dengan naik pete-pete. Mereka membantu saya menyetop pete-pete dan
tidak lupa mengingatkan untuk menjaga barang-barang bawaan.

Di karebosi saya harus telan pil
kecewa karena tidak seperti yang saya lihat di internet. Apakah karena saya
berada di titik yang salah atau memang fotogenic, tetapi hari itu tidak begitu
menyenangkan. Rencana saya ke Balla Lampoa siang itu dibatalkan karena langit
Makassar sudah gelap sekali. saya takut di Gowa sudah hujan lebat. Akhirnya saya
putuskan untuk ke Mall Panakkukang. Saya berangkat kesana naik BRT. Niatnya cuma
mau keliling dan nonton. Di Mall Panakukkang banyak branded store, tapi juga
ada store yang barangnya affordable untuk ukuran menengah. Sampai di Mall saya
langung naik ke bioskop dan nonton Collateral Beauty. Again and again, kecewa
karena filmnya gg semenarik trailernya, konfliknya g menggingit, poinnya juga
gg jelas. Selesai nonton, saya turun kebawah dan mampir ke tempat makan jepang
yang ada di Lantai 1. Sebenernya saya nggak pernah nyoba makanan Jepang tapi kita
nggak akan tahu apa-apa dan terpuaskan rasa penasarannya sebelum kita sendiri
yang coba. So I tried it and it was very nice.
Saya sampai di hotel maghrib lagi, macet parah
Bersambung
Komentar
Posting Komentar